Rabu, 19 November 2014
Rabu, 15 Oktober 2014
Pesta Pembantaian Etnis Single-Core : Duel Pentium D 805 vs. Athlon64 |
Artikel ditulis oleh: Budz Kay - 3 Juni 2006
PAGE 2 of 2
< PREVIOUS PAGE
PAGE 2 of 2
< PREVIOUS PAGE
Pengujian dilakukan dengan 17 macam benchmark yang terbagi dalam tujuh macam kategori: 1. Kategori Synthetic Benchmark: Sisoft Sandra 2005 SR2 Professional 2. Kategori Aplikasi bisnis & multimedia: PCMark 2005, PCMark 2004 3. Kategori Aplikasi 3D: Cinebench 2003 4. Kategori Video editing/Encoding: DivX 5.21 5. Kategori Game 3D: Doom 3, Far Cry, 3DMark 2005, 3DMark 2003 6. Kategori Aplikasi non-dual core: SuperPI, Dual SuperPI (parallel) 7. Kategori Aplikasi scientific: ScienceMark 2 8. Kategori Multitasking: Doom 3, 3D Studio Max8. 9. Kategori Proce-Performance Index: Cinebench 2003
CPU: - Pentium D 805, 820, 840 - Athlon 64 "Venice" 3000, 3200, 3500, 3800 - Pentium D 840 Extreme Edition - Athlon 64 X2 3800 "Manchester" - Athlon 64 X2 4400 "Toledo" - Celeron D 336 - Sempron 3100 CPU Cooler : - Heatsink standard (ruangan ber-AC dengan suhu 25C) Motherboard - Pentium D : ASUS P5WD2 Premium (i955X) (for standard test & overclocking @3.7GHz) ABIT AL8 (i945P) (for overclocking @3.32GHz) - Athlon64 : ASUS A8N32-SLI Deluxe (NForce 4 SLI) Memory : - 2 X 256MB Twinmos DDR2 533 (for Intel) - 2 X 256MB Twinmos DDR 400 (for AMD) Harddisk: 80GB Seagate Barracuda 7200.9 SATA2 Videocard PCI Express: - ASUS ATI Radeon X700 (for all benchmark) - HIS Radeon X850XT PE (for Doom3+multitasking only) Driver: Catalyst 6.4 Windows XP Professional SP2 DirectX 9c Feb 2006
SISOFT SANDRA 2005 SR2 Professional - ARITHMETIC BENCHMARK
SiSoft Sandra 2005 merupakan synthetic benchmark yang paling populer. Arithmetic benchmark mampu menunjukkan performa ALU dari Pentium D 805. Dengan bersenjatakan 2 core CPU di dalamnya, maka mustahil sebuah prosesor single-core mampu menandinginya. Athlon64 3500 seharga $215 sekalipun masih belum mampu menjinakkan kebuasan Pentium D 805.
Bahkan ketika D 805 dioverclock di 3.7Ghz, performanya sanggup mengalahkan jajaran prosesor elit seperti Athlon64 X2 4400 "Toledo" dan Pentium D 840 Extreme Edition yang harganya 6X-8X lebih mahal. Sementara itu, Athlon 3200 jelas bukan tandingan D805, prosesor AMD yang notabene harganya masih lebih mahal daripada D805 ini hanya bisa terseok-seok mengepel lantai.
SISOFT SANDRA 2005 SR2 Professional - MULTIMEDIA BENCHMARK
Pengujian Sisoft Sandra 2005 Multimedia benchmark juga menunjukkan kedigdayaan D 805. Athlon64 3500 juga masih belum sanggup mengalahkan Pentium D 805. Jangankan mengalahkan D 805, untuk mengalahkan Pentium 4 631 saja tampaknya Athlon64 3500 juga kesulitan. Ketika dioverclock di 3.7Ghz, D 805 juga sanggup melumat Athlon X2 3800 hidup-hidup.
BENCHMARK PCMARK 2005 - CPU
Athlon64 X2 4800 "Toledo" seharga hampir $900 ternyata juga masih belum mampu mengalahkan D805 yang cuma dioverclock di 3Ghz. Sedangkan dalam keadaan standard, performa D805 sudah hampir mendekati Athlon64 X2 4400 "Toledo" yang harganya nyaris 6X lebih mahal. Lagi-lagi Athlon64 3200 terlihat hanya bisa megap-megap dan tidak mampu memberikan perlawanan yang berarti.
BENCHMARK PCMARK 2004 - CPU
Berbeda dengan hasil PCMark05 dimana Pentium4 631 yang dioverclok di 4.3GHz belum bisa mengalahkan D805 yang dioverclock di 3GHz, pada hasil PCMark04 ini Pentium4 631 @.4.3GHz masih mampu mengalahkan D805 @ 3Ghz, namun belum sanggup mengalahkan D805 @ 3.32Ghz
CINEBENCH 2003 (CINEMA 4D XL 8)
Cinebench 2003 merupakan benchmark yang menggunakan engine yg sama dengan Software Cinema 4D XL 8 yg cukup populer di kalangan animator 3D. Software ini mendukung multi-CPU maupun Hyperthreading.
Cukup mustahil tentunya bagi sebuah prosesor Athlon64 single-core yg hanya merender secara single CPU untuk mengalahkan Pentium D 805 yg merender dengan kemampuan 2 CPU. Para arsitek dan designer grafis 3D tentu akan sangat merasakan manfaat prosesor dual-core murah meriah ini bila ingin melakukan rendering dengan software-software seperti 3D Studio Max, Maxon4D, dsb
DivX 5.21 Encoding
Kekuatan otot Pentium D 805 dapat dibuktikan sekali lagi dengan real world benchmark, yaitu movie encoding. Para praktisi video editing maupun penjual jasa video transfer akan berterima kasih kepada Pentium D 805, karena dalam keadaan standar prosesor ini mampu menghemat waktu hampir setengah daripada prosesor single-core dengan rating diatasnya (Pentium 4 3GHz / Athlon 64 3000). Pentium 4 630 yang melaju lebih cepat (3GHz) dan bersenjatakan Hyper Threading (HT) tetap belum mampu mengalahkan Pentium D 805, karena HT hanyalah virtual dual-core semata, bukan real dual-core seperti Pentium D 805. Dan dalam hal movie encoding, pengaruh keberadaan dual-core jauh lebih terasa dibanding kecepatan clock yang tinggi, sekalipun kondisinya single tasking.
Proses encoding DVD ke DivX merupakan hal yg sangat bermanfaat karena 3 hal :
1. Format DivX memungkinkan untuk menampung film DVD kedalam sebuah keping CD-R, dengan kualitas gambar yg setara DVD. 2. Untuk menonton film DivX yg berkualitas DVD anda tidak harus memilki DVDROM, tapi cukup menggunakan CDROM saja. 3. Bila Anda lebih suka menampung movie ke dalam keping DVD-R, maka anda dapat membuat DVD yang berisi kompilasi 3 sampai 4 judul movie.
Beberapa tahun yg lalu untuk mengkonversi film DVD berdurasi 2 jam ke format DivX membutuhkan waktu 6 jam lebih. Tapi sekarang dengan prosesor dual-core seperti D 805 , proses encoding movie berdurasi 2 jam dapat diselesaikan dalam waktu kurang dari 1 jam, atau dengan kata lain lebih cepat daripada durasi film itu sendiri.
Athlon64 3000 dengan harga yang nyaris sama dengan D 805 memberikan kinerja encoding yang jauh lebih lambat. Pada pengujian dengan videoclip berdurasi 12 menit selisih waktunya mencapai 3 menit 4 detik. Ini berarti untuk meng-encode movie berdurasi 2 jam, selisih waktu antara kedua prosesor tersebut akan menjadi lebih dari 30 MENIT !!!! Selisih 30 menit adalah waktu yg termasuk lama karena dapat dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan apa saja.
Dan karena Athlon64 3000 adalah prosesor single-core, maka selama proses encoding berlangsung, komputer tak dapat dipakai untuk melakukan apa-apa. Berbeda dengan D805 yang mampu melakukan multitasking dalam kondisi terberat sekalipun.
DOOM 3 (menggunakan VGA Radeon X700)
Ada sebuah opini yang mengatakan bahwa prosesor AMD lebih unggul dibanding Intel untuk urusan game. Namun anggapan ini dimentahkan oleh fakta yang menunjukkan bahwa Athlon64 3200 ternyata lebih lamban dibanding D805 dalam menjalankan game FPS 3D yang cukup populer, yaitu Doom3.
Tampaknya driver VGA ATI Calayst 6.4 yg notabene sudah mengoptimalkan CPU dual-core telah membantu kemenangan D805 atas Athlon64 3000. Pengujian ini memang belum menggunakan optimalisasi dual-core yang ada pada engine Doom3, sehingga ini hanya menunjukkan kinerja D805 yang hanya dibantu oleh optimalisasi dual-core pada driver VGA yang digunakan. Andaikan optimalisasi dual-core pada engine Doom3 sendiri sudah sempurna maka bukan tidak mungkin performa D805 akan jauh lebih tinggi lagi dibanding Athlon64 3200.
Kemenangan D805 atas Athlon64 3000 pada DOOM3 dengan menggunakan VGA ATI X700 (VGA mainstream) ini cukup mengejutkan, karena biasanya Athlon64 3000-lah yang menang pada beberapa referensi benchmark yang menggunakan VGA Geforce seri high-end. Reviewland sedang mengivestigasi perbandingan performa jika menggunakan VGA lain. Jadi tunggu kabar selanjutnya.
Namun terlepas siapapun yang unggul pada game, perbedaan kinerja game tidak akan dipengaruhi banyak oleh prosesor, namun oleh jenis VGA yang dipakai. Kalaupun D805 menang dibanding Athlon64 3000 dalam game, pasti tidak akan terasa perbedaannya dalam pemakaian, begitu pula sebaliknya.
Bila yang dipakai adalah VGA mainstream dengan harga berkisar $100 (seperti Radeon X700 yang dipakai pengujian), maka perbedaan antar prosesor di game tidak akan terasa sama sekali, sebab selisihnya hanya berkisar 5% saja. Kalaupun kita menggunakan VGA kencang perbedaan performanya juga tetap tidak akan terasa ketika dipakai bermain game, karena mata manusia hanya bisa membedakan framerate dibawah 60fps. Sedangkan benchmark diatas sudah menunjukkan framerate diatas 60fps. Untuk meningkatkan performa game, cara yang paling tepat bukanlah dengan mengganti prosesor, namun dengan mengganti VGA. Dengan VGA high-end seharga $400 kita bisa mendapat framerate tinggi sekalipun dengan resolusi tinggi dan setting gambar high-quality. Semakin murah jenis VGA yang dipakai, semakin tidak terasa perbedaan performa antar CPU yang dipakai.
FarCry (menggunakan VGA Radeon X700)
Pengujian menggunakan game best seller, yaitu Far Cry lagi-lagi semakin mengukuhkan bahwa Pentium D 805 lebih jagoan dibanding Athlon64 untuk urusan game. Penggunaan driver VGA ATI Catalyst 6.4 yg telah mengoptimalkan CPU dual-core tampaknya juga mampu membantu D805 naik ke puncak singgasana.
Seklaipun demkin aperlu diingat bahwa perbedaan performa antar prososr di game tidak akan terasa di rela world.
3DMARK 2005 (build 330) - CPU Test (menggunakan VGA Radeon X700)
3DMark05 merupakan benchmark game yang sudah mengoptimalkan penggunaan prosesor dual-core. Hal ini tercermin pada score CPU test dari D805 yang jauh diatas Athlon64 3000.
3DMARK 2003 (build 330) (Menggunakan VGA Radeon X700)
Berbeda dengan 3DMark05 yang sudah dapat mengoptimalkan prosesor dual-core, 3DMark03 belum. Sehingga adanya core extra tidak akan memberikan peningkatan performa. Namun sekalipun yang diukur adalah performa single-core saja, score akhir menunjukkan bahwa D805 ternyata memiliki kinerja yang masih jauh lebih baik dibanding Athlon64 3000. Hal ini sebenarnya cukup aneh sebab pada tes CPU performance 3DMark2003, D805 kalah dibanding A64 3000, jadi kemenangan D805 berasal dari performa grafis. Tampaknya ini disebabkan karena penggunaan driver ATI catalyst 6.4 yg telah mengoptimalkan dual-core.
Fakta ini jelas mematahkan anggapan yang mengatakan bahwa Athlon64 single-core sekalipun akan selalu lebih hebat untuk game. Kini terbukti bahwa anggapan semacam itu terbalik 180 derajat seiring kedatangan prosesor dual-core yg teroptimalkan oleh penggunaan driver VGA yg mendukung CPU dual core.
SCIENCEMARK 2
Molecular Dynamics merupakan metode untuk mensimulasikan pergerakan termodinamika material dengan mengukur kekuatan, kecepatan dan posisi. Fokusnya adalah pada pengukuran kekuatan molekul.
Benchmark yang bersifat kalkulasi matematis & scientific biasanya merupakan sahabat prosesor Athlon64, namun pada benchmark ini ternyata Pentium D 805 sanggup menunjukkan taringnya pada Athlon64 3000, meski belum mampu menggoyang Athlon64 3200.
Benchmark Primordia melakukan kalkulasi Quantum Mechanical Hartree-Fock Orbital untuk setiap elektron di tiap elemen.
Eratnya tali persaudaraan Athlon64 dengan benchmark yang beraroma kalkulasi matematis terbukti pada benchmark Primordia ini. Pentium D 805 yang biasanya mampu menginjak-injak Athlon64 3000 kini harus mengakui keunggulan Athlon64 3000 di arena permainan angka. Bahkan Pentium D 820 juga harus mengakui keunggulan Athlon64 3000. Sciencemark tentu juga memberi angin segar bagi Athlon64, karena benchmark-benchmark scientific semacam itu biasanya tidak mengoptimalkan keberadaan 2 core (multi-threading capability) ataupun metode-metode pengoptimalan instruction-set pada prosesor.
SUPER PI
Banyak orang mempertanyakan manfaat penggunaan prosesor dual-core pada aplikasi yang tidak memanfaatkan prosesor dual-core. Salah satu contoh aplikasi yang tidak memanfaatkan dual-core adalah SuperPI. Software buatan tahun 1995 ini hanya memberikan beban pada 1 core saja. Jadi praktis kekuatan dual-core tidak tercermin pada SuperPI.
Mungkin karena SuperPI kurang valid sebagai alat ukur kinerja prosesor dual-core, sehingga benchmark ini jarang digunakan pada situs hardware ternama seperti Tomshardware & Anandtech. SuperPI sendiri merupakan benchmark yg berkutat seputar kalkulasi bilangan seperti halnya ScienceMark2
Namun itu bukan berarti bahwa keberadaan core tambahan sama sekali tidak dapat dimanfaatkan oleh aplikasi yang tidak dirancang untuk dual-core . Ketika 2 aplikasi SuperPI dijalankan secara paralel, dapat terlihat bahwa D 805 mampu menyelesaikan perhitungan 3X lebih cepat dibanding prosesor single-core Athlon64 3000.
Pentium4 631 yang dioverclock di 4.3Ghz juga masih harus mengakui keunggulan D805 yang cuma dioverclock di 3.32Ghz.
Hasil benchmark di atas membuktikan bahwa sekalipun aplikasi yang digunakan tidak kompatibel dengan prosesor dual-core, namun ketika aplikasi tersebut berjalan dalam environment multitasking (paralel) maka aplikasi tersebut tetap akan berjalan lebih cepat pada prosesor dual-core.
DOOM3 + Multitasking (menggunakan VGA Radeon X850XT PE)
Meskipun Athlon64 terkenal hebat untuk game, namun performa prosesor ini langsung kedodoran bila diajak bermain game dengan kondisi ada aplikasi lain aktif di background (misal sambil mendownload dari internet, mengencode audio/video, dsb). Sedangkan penurunan kinerja yang dialami Pentium D 805 tidak separah Athlon 64.
Meskipun prosesor dual-core AMD yaitu Athlon 64 X2 4800 mampu bertengger di posisi puncak, namun performa prosesor seharga $900 ini nyaris disamai Pentium D 805 seharga $135 yang dioverclock ke 3.7Ghz.
3D STUDIO MAX 8 + Multitasking
Athlon64 3500 memang paling tidak masih sanggup untuk diajak bermain game sambil melakukan multitasking, namun ketika diajak untuk melakukan pekerjaan yang lebih berat lagi, yaitu 3D rendering dengan 3D Studio Max 8, prosesor ini langsung tersedak dan gagal melakukan test. Pentium 4 630 yang bersenjatakan Hyper Threading juga cukup terseok-seok. Hanya prosesor dual-core yang sanggup melayani kondisi kerja seperti ini. Dan saat ini hanya Pentium D 805 satu-satunya prosesor dual-core dengan harga sangat terjangkau.
Athlon 64 X2 4800 (dual-core) memang sanggup bertengger di posisi puncak, namun dengan harganya yang selangit orang akan berpikir seribu kali untuk meminangnya. Apalagi dengan mengoverclock Pentium D 805 ke 3.7Ghz kita sudah hampir merasakan performa prosesor seharga $900 ini.
Bila pada pengujian 3D Studio Max8 sebelumnya digunakan object "Underwater" yang cukup kompleks dan berat, kini digunakan object "Rabbit" yang agak lebih ringan sehingga Athlon64 3000 yang digunakan masih dapat berlaga. Namun sekalipun masih mampu bernafas, performa rendering Athlon64 3000 terlihat lebih lambat 2X dibanding D805.
CINEBENCH2003 PERFORMANCE per UANG $1 YANG DIKELUARKAN
AMD yang dahulunya selalu mengagung-agungkan Price-Performance Index kini harus menjilat ludahnya sendiri ketika menyaksikan tingginya price-performance index yang dimiliki D805.
Prosesor dual-core termurah di dunia ini memiliki performa index-nya yang melejit jauh diatas Athlon64 3000. Bahkan Sempron 2800 yang dibangga-banggakan sebagai prosesor value oleh AMD ternyata masih memliki price-performance index dibawah D805. Dulu Athlon64 3000 selalu menyombongkan price-performance indexnya terhadap Pentium 4 631, namun kini yang mempermalukan Athlon64 3000 adalah Pentium D805.
Cinebench2003 jadi patokan untuk mengukur price performance index, karena aplikasi ini mensupport multi-core dan netral (tidak pro Intel ataupun AMD). Bahkan mungkin Cinebench2003 cenderung pro-AMD karena dalam referensi resminya terlihat bahwa Athlon FX60 yang merender dengan 2 core mampu mengalahkan Pentium D 955 Extreme Edition yang seolah merender dengan 4 core.
Harus diakui bahwa Athlon64 3000 "Venice" hanya menjadi bulan-bulanan Pentium D805. Prosesor AMD single-core yg harganya nyaris sama dengan D805 ini tak hanya dipermalukan saja oleh prosesor dual-core termurah intel tersebut, namun bahkan ditelanjangi nyaris di semua benchmark.
Athlon64 3200 yang harganya lebih mahal dari D805 juga hanya bisa menggelinjang ketika dikuliti hidup-hidup oleh D805.
Jangankan Athlon64 3200, bahkan Athlon64 4000 sekalipun seringkali kesulitan untuk mengalahkan prosesor intel dual-core murah meriah ini.
Segala keunggulan & kebanggaan yang dimiliki Athlon64, langsung terasa usang dan kampungan ketika harus berhadapan dengan generasi prosesor dual-core intel yg harganya justru lebih murah.
AMD yang dulu-dulunya selalu berkoar-koar tentang Price-Performance Index dibanding Intel, kini harus banyak-banyak menjilat ludahnya sendiri yang banyak berceceran di lantai toko komputer, karena D805 terbukti sebagai prosesor dengan Price-Performance Index.
Athlon64 hanya bisa selamat pada benchmark yang tidak memanfaatkan dual-core, yang tentus saja kian-hari kian jarang keberadaannya. Mayoritas benchmark yang beredar saat ini mendukung dual-core. Bahkan game-game mendatang banyak yang akn mendukung dual-core. Jadi nantinya hanya software-software usang saja yang masih dapat memuaskan pengguna prosesor usang seperti Athlon64.
Nasib Athlon64 memang cukup kontras dengan adiknya yg telah bersenjatakan dual-core (Athlon64 X2), disaat Athlon64 X2 mendapat banyak pujian karena performanya, sang kakak yang hanya bermodalkan single-core harus bersimbah peluh dan lari pontang-panting dihajar oleh D805.
AMD sendiri terbukti tak mampu memproduksi prosesor dual-core yang murah, sehingga mereka mau tak mau memang harus merelakan seluruh jajaran Athlon64 kelas mainstream dibantai oleh Pentium D 805.
Athlon64 X2 versi termurah sekalipun (Athlon64 X2 3800) masih menyandang bandrol harga $360,sehingga hanya bisa menempatkan diri di segmen high-end yang notabene adalah segmen minoritas dengan pembeli yang jauh lebih sedikit dibanding segmen mainstream. Sementara AMD membangga-banggakan Athlon64 X2-nya kepada kaum minoritas high-end, jajaran prosesor mainstream AMD (Athlon64) yang notabene merupakan mesin uang mereka justru diluluh-lantakkan oleh D805.
Memang banyak orang mempertanyakan apakah adil membandingkan prosesor dual-core termurah intel (D805) dengan Athlon64 single-core, dan bukannya dengan prosesor dual-core termurah AMD yaitu Athlon64 X2 3800.
Justru akan cukup konyol dan tidak adil bila harus membandingkan Athlon64 X2 versi termurah dengan D805, karena harganya terpaut $240 (3X lipat harga D805). Athlon64 X2 yang termurah harganya $370 sedangkan D805 cuma $130 , sehingga jelas D805 berada pada segmen konsumen yang sama sekali berbeda, dan justru aneh bila harus membandingkannya dengan Athlon64 X2. Dalam dunia nyata, tidak akan pernah ada konsumen yang membandingkan Kijang Innova dengan Daihatsu Xenia, karena kedua kendaraan tsb berada pada segmen harga yg berbeda jauh, sekalipun diantara keduanya memiliki beberapa kemiripan dalam hal teknologi, feature, dan kapasitas penumpang.
Begitupula Honda Accord dan Honda City, meski keduanya sama-sama mobil sedan yg menggunakan teknologi mesin yg sama yaitu VTEC, tapi tak akan pernah ada konsumen yg membandingkan keduanya ketika akan memilih mobil yg akan dibeli, karena kedua jenis mobil tersebut berada di kelas harga yg terpaut banyak (3X lipat) sekalipun keduanya sama-sama mengandalkan teknologi mesin VTEC.
Jadi jangan semata karena sama-sama dual-core lantas D805 harus dibandingkan dengan Athlon64 X2 3800, itu sama saja membandingkan kedua jenis kendaraan berwarna merah dibawah ini hanya karena rodanya sama-sama 3 dengan formasi roda yang sama pula (2 di depan dan 1 di belakang). Meski menyandang ciri-ciri yang sama, namun dari segi harga, kedua kendaraan di bawah ini jelas-jelas berada pada segmen yang berbeda. Jadi sungguh tidak waras bila ada orang yang melakukan perbandingan antara Pentium D 805 dengan Athlon64 X2.
ATHLON 64 : SI PINCANG YANG LOYO & BUTUH TONIKUM
Di era dual-core sekarang ini, jelas tak ada lagi yang dapat dibanggakan dari seluruh jajaran prosesor AMD single-core. Prosesor Athlon64 yg dulu sempat dielu-elukan kini ibarat prosesor pincang yang anehnya masih juga dijual mahal.
Dihadapan D 805 yg bertarung dengan 2 kaki, Athlon64 jelas akan kelabakan karena ia ibarat petarung berkaki satu. Petarung kelas kakap sekalipun tapi kalau kakinya cuma satu alias pincang, maka ia akan dengan mudah dirobohkan oleh petarung amatiran. Sama halnya dengan Athlon 64 tercepat & termahal sekalipun terbukti masih belum bisa mengalahkan D 805 di beberapa benchmark seperti Cinebench 2003 dan PCMark05.
Di saat konsumen mulai dapat menikmati prosesor dual-core murah meriah dari intel, AMD terus saja membombardir pasar dengan prosesor-prosesor pincangnya. Konsumen yang mengeluarkan uang sejumlah $170 untuk sebuah Athlon64 3200 jelas akan tertipukarena yang mereka dapatkan adalah prosesor pincang yang hanya memiliki 1 core saja. Padahal dengan harga lebih murah sebenarnya mereka bisa memperoleh prosesor dual-core Pentium D 805 seharga $130. Begitu pula konsumen yang merogoh koceknya sebesar $230 untuk mendapatkan prosesor pincang Athlon64 3500, sebenarnya dapat memiliki prosesor dual-core generasi terbaru intel, yaitu Pentium D 930 "Presler" dengan harga yg sama.
Terlepas apakah AMD yang menjual prosesornya terlalu mahal ataukah intel yang menjual prosesornya sangat murah, namun yang jelas di mata konsumen, AMD terbukti telah merampas hak konsumen untuk mendapatkan 1 core tambahan dengan uang yang telah dikeluarkan untuk membeli Athlon64. Atau dengan kata lain, dengan harga $170 seharusnya konsumen mendapatkan Athlon64 X2 3200, bukannya Athlon64 3200. Tapi AMD tak mau & tak mampu memberikan teknologi dual-corenya dengan harga dibawah $300. Mereka lebih suka menjejali segmen prosesor kelas mainstream dengan prosesor-prosesor pincangnya. Dengan kata lain, AMD telah melakukan penipuan yang cukup keji terhadap para konsumen.
NASIB & MASA DEPAN ATHLON64
Disaat AMD terseok-seok untuk mencari sesuap nasi dari segmen mainstream, Intel justru mereguk anggur kemenangan bersama para selir-selirnya seiring kesuksesan D805 di pasaran. Bahkan lesunya roda bisnis di bulan April-Mei seolah tak mampu mengerem penjualan D805. Permintaan D805 yang cukup tinggi akhirnya malah memaksa para penjual AMD untuk ikut menyodorkan D805 kepada para konsumennya dan kemudian ikut bersulang anggur di meja Intel. AMD memang harus mengakui bahwa penjualan Athlon64 kini telah memasuki masa paceklik abadi. Di era dual-core sekarang ini, tentu akan cukup aneh bagi seorang konsumen untuk tetap ngotot membeli prosesor single-core. Apalagi Intel sendiri secara bertahap akan beralih total ke prosesor dual-core, yang artinya di masa depan tidak akan ada prosesor single-core lagi. Athlon64 kini hanya bisa terseok-seok menghadapi masa depan yang tak pasti, apalagi keputusan AMD untuk mendiskontinyu socket 939 pada pertengahan tahun 2006 ini semakin memperpendek harapan hidup Athlon64. Ditambah lagi setelah mendengar kabar kedatangan Conroe sang jagoan baru Intel di bulan Juli 2006 ini, demam & keloyoan akut yang diderita Athlon64 semakin menjadi. Saat ini yang dapat dilakukan Athlon64 hanya menggelinjang di ranjang pesing sambil bermimpi berenang di kolam anggur Intel. Budz Kaybudzkay@reviewland.com 031 6020 6050 (starone) 031 7020 7050 (flexi) 081 7020 7030 (xl) |
Langganan:
Postingan (Atom)